Cabai merupakan
komoditas unggulan hortikultura (sayuran) Indonesia dan paling banyak
dikonsumsi masyarakat, baik dalam bentuk segar atau kering. Cabai juga digunakan
sebagai bumbu masak atau produk olahan, seperti bahan dasar saus, sehingga
banyak yang ingin menbudidayakan.
Melakukan budidaya
tanaman cabai bisa dengan beberapa metode, yaitu metode tanam dilahan pertanian
secara langsung atau menggunakan MPHP (Mulsa Plastik Hitam Perak), metode
Hidroponik, dan bisa juga ditanam di dalam pollybag/pot. Dan pada
kesempatan kali ini akan saya sampaikan cara budidaya tanaman cabai di lahan
pertanian. Sebelum itu, saya jelaskan sedikit tentang Hidroponik. Hidroponik merupakan metode budidaya tanaman dengan media tanam selain tanah, seperti air, kapas, atau media lain kecuali tanah.
Klasifikasi dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai
Taksonomi
tanaman cabai merah diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Spermathophyta
Sub divisi :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledonae
Famili :
Solanaceae
Genus :
Capsicum
Spesies : Capsicum
annuum
Cara Budidaya Tanaman Cabai
Cabai
merah dapat dibudidayakan pada berbagai jenis tanah asal drainase dan aerasi
tanah cukup baik. Derajat kemasaman (pH) yang optimal untuk pertumbuhan cabai
merah berkisar 5,5-6,8. Temperatur yang sesuai untuk pertumbuhan antara
16-230C. Tanaman cabai merah tidak menghendaki curah hujan yang tinggi atau
iklim basah karena pada keadaan tersebut akan mudah terserang penyakit terutama
yang disebabkan oleh cendawan. Intensitas curah hujan yang baik untuk
pertumbuhan tanaman cabai antara 600-1250 mm/tahun.
A. Persemaian, Pembibitan dan Persiapan Media Tanam dalam Polybag
Sebelum
tanam di tempat permanen, sebaiknya benih disemai dulu dalam wadah semai yang
dapat berupa bak plastik atau kayu dengan ketebalan sekitar 10 cm yang
dilubangi bagian dasarnya untuk pengaturan air(drainase). Persiapannya adalah
sebagai berikut:
1. Isikan
dalam wadah semai media berupa tanah pasir, dan pupuk kandang dengan
perbandingan 1 : 1. Untuk menghilangkan gangguan hama berikan pestisida
sistemik di tanah dengan takaran 10 gr/m2. Media ini disiapkan 1 minggu sebelum
penyemaian benih.
2. Benih
yang akan ditanam, sebelumnya direndam dalam air hangat (50 derajat Celcius)
selama semalam, Tambahkan MiG‐6PLUS saat perendaman dengan dosis 10ml : 1 liter
air.
3. Tebarkan
benih secara merata di media persemaian, bila mungkin beri jarak antar benih 5
x 5 cm sehingga waktu tanaman dipindah/dicabut, akarnya tidak rusak. Usahakan
waktu benih ditanam diatasnya ditutup selapis tipis tanah. Kemudian letakkan
wadah semai tersebut di tempat teduh dan lakukan penyiraman secukupnya agar
media semai tetap lembab.
B. Pembibitan
Benih
yang telah berkecambah atau bibit cabe umur 10‐14 hari (biasanya telah tumbuh
sepasang daun) sudah dapat dipindahkan ke tempat pembibitan. Siapkan tempat
pembibitan berupa polybag ukuran 8 x 9 cm atau bumbungan dari bahan daun pisang
sehingga lebih murah harganya. Masukkan ke dalamnya campuran tanah, pasir dan
pupuk kandang. Pindahkan bibit cabe ke wadah pembibitan dengan hati‐hati. Pada
saat bibit ditanam di bumbungan, tanah di sekitar akar tanaman ditekan‐tekan
agar sedikit padat dan bibit berdiri tegak. Letakkan bibit di tempat teduh dan
sirami secukupnya untuk menjaga kelembabannya. Pembibitan ini bertujuan untuk
meningkatkan daya adaptasi dan daya tumbuh bibit pada saat pemindahan ke tempat
terbuka di lapangan atau pada polybag. Pemindahan bibit baru dapat dilakukan
setelah berumur 30‐40 hari. Persiapan media tanam dalam polybag antara lain :
- Siapkan polybag tempat penanaman yang berlubang kiri kanannya untuk pengaturan air.
- Masukkan media tanam ke dalamnya berupa campuran tanah dengan pupuk kandang 2 : 1 sebanyak 1/3 volume polybag. Tambahkan pestisida sistemik 2‐4 gr/tanaman untuk mematikan hama pengganggu dalam media tanah.
- Masukkan campuran tanah dan pupuk kandang ke dalam polybag setinggi 1/3 nya.
- Tambahkan pupuk buatan sebagai pupuk dasar yaitu 10 gr SP 36, 5 gr KCl dan 1/3 bagian dari campuran 10 gr Urea + 20 gr ZA per tanaman (2/3 bagiannya untuk pupuk susulan). Biarkan selama 3 hari, kemudian siram dengan larutan pupuk hayati MiG‐6PLUS dengan dosis 10ml : 1 liter air.
C. Persiapan Lahan
Pengolahan
tanah dilakukan secara sempurna dengan mencangkul untuk membersihkan lahan dari
kotoran akar bekas tanaman lama dan segala macam gulma yang tumbuh. Hal
tersebut dilakukan agar pertumbuhan akar tanaman cabai tidak terganggu dan
untuk menghilangkan tumbuhan yang menjadi inang hama dan penyakit. Selanjutnya
lahan dibajak dan digaru traktor. Pembajakan dan penggaruan bertujuan untuk
menggemburkan, memperbaiki aerasi tanah dan untuk menghilangkan organisme
penggangu tanaman (OPT) yang bersembunyi di tanah. Setelah tanah diolah dibuat
bedengan dengan ukuran lebar 100 - 110 cm, tinggi bedengan 40 - 60 cm, jarak
antar bedengan 80 cm, panjang bedengan 10 - 12 m atau disesuaikan lebar parit,
dan lebar parit 50 - 60 cm. Tanaman cabai tidak bisa tergenang air, maka dalam
pengaturan/ploting bedengan dan pembuatan parit harus ada saluran drainase yang
baik.
Pupuk
kandang yang diperlukan sebanyak 10 - 20 t/ha atau 0,5 - 1 zak untuk 10 m
panjang bedengan. Pemupukan dilakukan dengan cara menabur pupuk secara merata
di atas bedengan. Luas lahan 1.000 m2 diperlukan pupuk urea 35 kg, SP36 20 kg,
KCl 20 kg, dan pupuk kandang 1.500 - 2000 kg. Dosis pupuk yang diberikan
disesuaikan dengan kondisi tanah dan varietas/jenis tanaman cabai.
Bedengan
untuk tanaman cabai bisa menggunakan mulsa plastik ataupun tidak. Penggunaan
mulsa plastik membawa konsekuensi menambah biaya. Mulsa plastik hitam perak
dipasang dan dibuat lubang tanam, dengan jarak tanam 50 x 65 cm pada daerah
rendah dan 60 x 70 cm pada daerah tinggi, yang dilakukan secara zigzag atau
sejajar.
D. Penanaman
Adapun langkah langkah
tahapan penanaman cabai merah ini adalah sebagai berikut :
· Pilih bibit cabe yang baik yaitu pertumbuhannya tegar,
warna daun hijau, tidak cacat/terkena hama penyakit.
· Penanaman bibit pada bedengan dilakukan setelah
berumur 21 – 24 hari. Jarak tanam 50 x 60 cm untuk dataran rendah dan 60 x 75
cm untuk dataran tinggi.
· Lubang dibuat dengan kedalaman 8-10 cm, dilakukan
dengan cara menggali tanah dibagian mulsa yang telah dilubangi. Ukuran diameter
lubang sesuai dengan diameter media polibag semai. Ukuran lubang mulsa lebih
lebar sedikit daripada lubang tanam.
· Polibag dibuka kemudian media bersama tanaman yang
tumbuh disemai, dipindahkan, bongkahan tanah media dipertahankan utuh tidak
pecah, kedalaman pembuatan bibit sebatas leher akar media semai, tidak terlalu
dalam terkubur. Penanaman dilakukan pada sore hari atau pagi hari sekali.
Setelah selesai tanam dilakukan penyiraman air secukupnya dengan cara
disemprotkan dengan tekanan rendah dan merata sampai keakarnya.
E. Pemeliharaan
Tanaman
cabai agar dapat tumbuh baik sampai pada produksi harus melalui teknik
pemeliharaan yang benar, antara lain :
· Pemasangan ajir dilakukan pada tanaman umur 7 hst,
ajir dibuat dari bambu dengan tinggi 1 - 1,5 m. Apabila ajir terlambat dipasang
akanmenyebabkan kerusakan pada akar yang sedang berkembang.
· Pemangkasan atau pemotongan tunas-tunas yang tidak
diperlukan dapat dilakukan sekitar 17-21 HST di dataran rendah atau sedang,
25-30 HST di dataran tinggi. Tunas tersebut adalah tumbuh diketiak daun, tunas
bunga pertama atau bunga kedua (pada dataran tinggi sampai bunga ketiga) dan
daun-daun yang telah tua kira-kira 75 HST.
· Pemupukan diberikan 10-14 hari sekali. Pupuk daun yang
sesuai misalnya Complesal special tonic. Untuk bunga dan buah dapat diberikan
pupuk kemiral red pada umur 35 HST. Pemupukan dapat juga melalui akar. Campuran
24, urea, TSP, KCL dengan perbandingan 1:1:1:1 dengan dosis 10 gr/tanaman.
Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal atau dicukil tanah diantara dua tanaman
dalam satu baris. Pemupukan cara ini dilaksanakan pada umur 50-65 HST dan pada
umur 90-115 HST.
· Kegiatan pengairan atau penyiraman dilakukan pada saat
musim kering. Penyiraman dengan kocoran diterapakn jika tanaman sudah kuat.
Sistem terbaik dengan melakukan penggenangan dua minggu sekali sehingga air
dapat meresap ke perakaran.
· Bibit atau tanaman yang mati harus disulam atau
diganti dengan sisa bibit yang ada. Penyulaman dilakukan pagi atau sore hari,
sebaiknya minggu pertama dan minggu kedua setelah tanam.
· Semua jenis tumbuhan pengganggu (gulma) disingkirkan
dari lahan bedengan tanah yang tidak tertutup mulsa. Tanah yang terkikis air
atau longsor dari bedeng dinaikkan kembali, dilakukan pembubunan (penimbunan
kembali).
F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Jenis‐jenis
hama yang banyak menyerang tanaman cabai antara lain kutu daun dan trips. Kutu
daun menyerang tunas muda cabai secara bergerombol. Daun yang terserang akan
mengerut dan melingkar. Cairan manis yang dikeluarkan kutu, membuat semut dan
embun jelaga berdatangan. Embun jelaga yang hitam ini sering menjadi tanda tak
langsung serangan kutu daun.
Untuk
mengendalikan hama lalat buah penyebab busuk buah, pasang jebakan yang diberi
Antraxtan. Sedang untuk mengendalikan serangga pengisap daun seperti Thrips,
Aphid dengan insektisida. Pengendalian kutu daun (Myzus persicae Sulz) dengan
memberikan pestisida sistemik pada tanah sebanyak 60‐90 kg/ha atau sekitar 2
sendok makan/10 m2 area. Apabila tanaman sudah tumbuh semprotkan dengan
insektisida. Serangan hama trips amat berbahaya bagi tanaman cabai, karena hama
ini juga vector pembawa virus keriting daun. Gejala serangannya berupa
bercak‐bercak putih di daun karena hama ini mengisap cairan daun tersebut.
Bercak tersebut berubah menjadi kecokelatan dan mematikan daun. Serangan berat
ditandai dengan keritingnya daun dan tunas. Daun menggulung dan sering timbul
benjolan seperti tumor.
Hama
trips (Thrips tabaci) dapat dicegah dengan banyak cara yaitu: Pemakaian mulsa
jerami, pergiliran tanaman, penyiangan gulma atau rumputan pengganggu, dan
menggenangi lahan dengan air selama beberapa waktu serta pemberian pestisida
sistemik pada waktu tanam seperti pada pencegahan kutu daun mampu mencegah
serangan hama trip juga. Akan tetapi, untuk tanaman yang sudah cukup besar,
dapat disemprot dengan insektisida.
Untuk
penyakit busuk buah kering (Antraknosa) yang disebabkan cendawan, gunakan
fungisida seperti Antracol. Dosis dan aplikasi masing‐masing obat tersebut
dapat dilihat pada labelnya. Adapun jenis‐jenis penyakit yang banyak menyerang
cabai antara lain antraks atau patek yang disebabkan oleh cendawan
Colletotricum capsici dan Colletotricum piperatum, bercak daun (Cercospora
capsici), dan yang cukup berbahaya ialah keriting daun (TMV, CMVm, dan virus
lainnya). Gejala serangan antraks atau patek ialah bercak‐bercak pada buah,
buah kehitaman dan membusuk, kemudian rontok.
Gejala
serangan keriting daun adalah:
· Bercak daun ialah bercak‐bercak kecil yang akan
melebar.
· Pinggir bercak berwama lebih tua dari bagian
tengahnya. Pusat bercak ini sering robek atau berlubang.
· Daun berubah kekuningan lalu gugur.
· Serangan keriting daun sesuai namanya ditandai oleh
keriting dan mengerutnya daun, tetapi keadaan tanaman tetap sehat dan segar.
G. Panen
Umur
panen cabe biasanya 70‐90 hari tergantung varietasnya, yang ditandai dengan 60%
cabe sudah berwarna merah. Untuk dijadikan benih maka cabe dipanen bila buah
sudah menjadi merah semua.
Panen
cabai yang ditanam didataran rendah lebih cepat dipanen dibandingkan dengan
cabai dataran tinggi. Panen pertama cabai dataran rendah sudah dapat dilakukan
pada umur 70‐75 hari. Sedang di dataran tinggi panen baru dapat dimulai pada
umur 4‐5 bulan. Setelah panen pertama, setiap 3‐4 hari sekali dilanjutkan
dengan panen rutin. Biasanya pada panen pertama jumlahnya hanya sekitar 50 kg.
Panen kedua naik hingga 100 kg. Selanjutnya 150, 200, 250, hingga 600 kg per
hektar. Setelah itu hasilnya menurun terus, sedikit demi sedikit hingga tanaman
tidak produktif lagi. Tanaman cabai dapat dipanen terus‐menerus hingga berumur
6‐7 bulan. Cabai yang sudah berwama merah sebagian berarti sudah dapat dipanen.
Ada juga petani yang sengaja memanen cabainya pada saat masih muda (berwarna
hijau). Pemetikan dilakukan dengan hati‐hati agar percabangan atau tangkai
tanaman tidak patah.
H. Pasca Panen
Penanganan
pasca panen tanaman cabai adalah hasil panen yang telah dipisahkan antara cabai
yang sehat dan yang rusak, selanjutnya dikumpulkan di tempat yang sejuk atau
teduh sehingga cabai tetap segar .Untuk mendapatkan harga yang lebih baik,
hasil panen dikelompokkan berdasarkan standar kualitas permintaan pasar seperti
untuk supermarket, pasar lokal maupun pasar eksport.
Setelah
buah cabai dikelompokkan berdasarkan kelasnya, maka pengemasan perlu dilakukan
untuk melindungi buah cabai dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Kemasan
dapat dibuat dari berbagai bahan dengan memberikan ventilasi. Cabai siap
didistribusikan ke konsumen yang membutuhkan cabai segar.
Dengan
penerapan teknologi budidaya, penanganan pasca panen yang benar dan tepat serta
penggunaan benih hibrida yang tahan hama penyakit dapat meningkatkan produksi
cabai yang saat ini banyak dibutuhkan.
Fitri Cahyani
2021.2.011
2021.2.011